Monday, March 29, 2010

Nikmatnya Menahan Kemarahan



Sebagai seorang yang pemarah, saya merasakan suatu kenikmatan bila dapat menahan kemarahan saya. Dapatkah kita benar-benar menahan badai kemarahan yang melanda jiwa kita bila ada seseorang dengan sengaja ataupun tidak mencari kemarahan kita?

Menenangkan jiwa yang gelora dengan kemarahan tidaklah semudah yang kita harapkan. Ianya makan masa...mungkin berhari, mungkin berminggu dan ada juga yang bertahun. Bagi saya, ianya makan tahun. Terlalu sukar untuk saya menahan kemarahan saya sehingga saya memerlukan banyak waktu untuk merenung kehidupan yang indah kurniaan Allah.



Dulu jiwa saya penuh dengan sifat angkuh dan bengis. Mungkin dengan meningkatnya usia dan pengalaman yang saya lalui dalam hidup saya, saya mula berubah sedikit demi sedikit. Adakalanya saya sampai nangis sendiri bila cuba menahan api kemarahan yang melanda jiwa saya. Tidak mudah untuk menunggangi jiwa yang bengis seperti saya.

Suatu ketika dulu, bila saya merasakan sendiri yang saya ini terlalu bengis kepada manusia di sekeliling saya, saya mula berdoa di dalam setiap solat saya.

"Ya Allah bantulah aku melentur jiwa bengisku ini. Jadikanlah ianya lembut kepada manusia lain. Terutama sekali ibuapaku. Kelukanlah lidahku Ya Allah jika ia ingin meninggi suaru kepada ibubapaku."

Begitulah serba sedikit isi kandungan doa yang saya pinta dari Allah setiap kali saya solat. Setiap waktu solat dan setiap hari. Siang dan malam saya meminta dari Allah supaya jadikan hati saya lembut supaya tidak bengis lagi.

Alhamdulillah Allah memang Maha Mendengar. Saya dapat merasakan sendiri kebesaran Allah. Saya yang begitu bengis dapat menahan api kemarahan saya. Bila saya rasakan yang saya akan 'meletup', saya cepat-cepat berlalu pergi. Terutama sekali bila saya berhadapan dengan ibu saya.

Di saat-saat bila saya rasa saya nak 'meletup', saya merintih di dalam hati "Ya Allah janganlah Kau biarkan nafsu amarahku ini mengendali segenap jiwaku. Tolonglah aku Ya Allah..."

Subhanallah memang tidak mudah bagi saya untuk menahan api kemarahan yang disemarakkan oleh syaitan lahanatullah. Tapi saya rasa seolah-olah suatu kemenangan telah saya kecapi bila saya dapat menahan amarah saya.

Dalam hidup kita, seringkali ramai orang tersayang menegur kita supaya kita menjadi manusia yang lebih baik. Terkadang kita tidak perasan yang Allah sebenarnya bercakap dengan kita setiap hari dengan memberi kita dugaaan dan kenikmatan.

Subhanallah...jangan pernah salah faham jika Allah berikan kita kenikmatan tidak kiralah dari segi kemewahan harta ataupun orang-orang di sekeliling kita mudah sayang pada kita. Kenikmatan juga berkemungkinan berupa dugaan dari Allah. Dia ingin melihat sejauh mana keikhlasan, kejujuran dan tawadhuknya jiwa kita bila dilimpahi dengan berbagai kenikmatan. Apakah kita akan riak ataukah hati kita akan tunduk dan merenung yang itu semua hanya bersifat sementara dan ianya diberikan pada kita supaya memudahkan kita membantu penduduk dunia yang lain.

Kenikmatan tidak bererti Allah sayang dan dugaan tidak bererti Allah membenci kita. Setiap sesuatu yang terjadi ada hikmah yang terselindung di sebaliknya. Terkadang Allah izinkan kita melihat hikmahnya instant tapi kadang-kadang, ianya memakan waktu yang lama sekali untuk kita melihat hikmahnya.

Isi kandungan langit dan bumi adalah rahsia Allah. Kita sebagai manusia tidak berdaya untuk menganalisanya dengan secara sempurna. Tiada yang lebih sempurna melainkan Allah s.w.t.

Kita tidak selamanya hidup di dunia. Jika tidak berubah dari sekarang, bilakah lagi?

Hari semalam adalah masa lalu, hari ini adalah pasti dan hari yang akan datang tidak mungkin kita ketahui. Sesungguhnya kehidupan ini disekelilingi dengan maut. Tiada siapa yang dapat mengetahui bila Allah akan menghantarkan malaikatNya untuk menjemput kita.

Marilah sama-sama kita beriringan mencari keredhaan Allah.

No comments:

Post a Comment